TEST-PACK
“Test pack-nya dua, Teh,”
suara tertahan terdengar di sampingku saat aku memesan obat di sebuah apotek.
“Anak sekolah beli test-pack,” suamiku menyikutku.
Aku berpaling cepat. Seorang gadis remaja, menutup muka
dengan kerudung yang dikenakannya, berdiri di dekat etalase. Mataku menyipit
memandang dan terhenti pada rok abu-abu yang dikenakannya. “Seperti rok anak
SMK” batinku.
Tak mau berburuk sangka, aku berusaha berpikir, “Mungkin dia beli test pack untuk ibunya”.
Tapi aku geli sendiri. Mana mungkin anak SMA mau membelikan test pack untuk ibunya. Boro-boro mau membelikan test pack, yang
ada malah mereka malu sudah SMA tapi ibunya hamil lagi
Gadis itu bergegas meninggalkan apotek. Mataku membuntutinya
berjalan menuju motor yang tengah menunggu. Seorang lelaki muda masih
mengenakan helm langsung menyalakan motor dan mamacu motornya meninggalkan
apotek.
“Ah, Mana mungkin dia beli alat test kehamilan untuk
ibu diantar teman lelakinya”.
“Test pack itu untuk dirinya...!”
Sampai pada kesimpulan itu, aku merinding.
Betapa pergaulan bebas telah jadi bagian dari kehidupan
generasi muda. Terkadang kalau membaca hasil survey di media massa yang
menyatakan lebih dari 50 persen remaja sekolah telah melakukan hubungan
seksual, saya terkadang setengah tak percaya, “Ah, masak, sudah separah
itukah?”
Namun melihat bukti yang ada di depan mata, aku seolah
tergiring pada kenyataan, mungkin hasil survey tersebut ada benarnya.
Pernah juga di kesempatan lain saat hamil anak ketiga,
saat memeriksakan kehamilan di Puskesmas, aku berbarengan dengan seorang gadis belia
yang juga memeriksakan kehamilan. “Masih muda banget…, mungkin ibu rumah tangga
muda,” pikirku berhusnuzzon.
Namun melihat sikapnya yang grogi saat mengambil hasil
tes kehamilan, aku jadi curiga. Apalagi perawat berkata ketus.
“Hasilnya negatif, tapi nanti jangan coba-coba lagi yah!”ujar perawat menyerahkan hasil pemeriksaan.
“Ya, Bu,” gadis itu menunduk berjalan ke luar ruangan. Aku
menatapnya prihatin.
“Belum menikah ya Bu?” tanyaku pada perawat
sambil memperhtikan gadis itu berlalu. Perawat
itu tertawa mengiyakan.
***
Saya memiliki 3 orang anak. Anak pertama dan kedua
berangkat jadi gadis remaja. Melihat kondisi pergaulan remaja saat ini, saya
terkadang merasa was-was dengan anak-anak saya. Ditambah lagi dengan tayangan
media massa. Banyak sinetron menampilkan cerita yang tokohnya hamil di luar
nikah dan hidup mereka “fine-fine”
aja. Banyak Infotainment mengangkat cerita artis yang hamil tanpa nikah dan
tidak berniat menikah. Ceritanya bahkan diulas sampai berkali-kali. Perut buncit sang artis di”zoom”. Tak terlihat
rasa sungkan di wajah mereka, sambil media massa menebak-nebak siapa “Bapak
Biologis” sang anak. Banyak pula artis yang nikah dadakan karena sudah hamil
duluan alias MBA. Tiga bulan menikah anaknya lahir. Semua diekspos dan menjadi
tayangan be”rating” tinggi.
Perusahaan besar sekelas XL pun tidak takut menggunakan
Ariel “NOAH” ex. Peterpan sebagai ikon produknya. Melihat iklan tersebut saya
merasa sangat masygul. Kok secepat itu Ariel bisa diterima kembali padahal dulu
pemberitaan mengenai perilakunya begitu heboh?
Bukan masalah kita yang tidak mau memaafkan!! Tapi kenyataan
bahwa anak muda tidak mempermasalahkan perilaku para artis idolanya, apakah itu
berarti generasi muda kita menerima fenomena perzinahan baik yang dilakukan
oleh artis ataupun remaja pada umumnya adalah sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa
saja? Na’udzubillahi min dzaalik!
“Quu anfusakum wa ahlikum naara! (QS.
Attahrim (66:6), “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
“Ya Allah, beri kami kekuatan untuk dapat membentengi
pergaulan anak-anak kami. Selamatkanlah anak cucu kami dari bobroknya pergaulan
bebas yang bersileweran, menyerbu mereka dari semua pintu. Berilah kami
kekuatan Ya Allah. Bimbinglah kami selalu. Amin YRA”
0 komentar:
Posting Komentar