PARENTING “PRA
NIKAH”
(Bag.1)
Awalnya
saya berencana memberi judul tulisan
ini “Pentingnya Pendidikan
Parenting”. Namun kok judulnya “normatif” banget! Dan pastinya hanya akan menarik bagi mereka
yang sudah memiliki anak. Untuk mensisatinya, dua kata di depannya saya buang dan
saya tambahkan dengan kata “Pra nikah”. Dengan judul tersebut saya ingin
menekankan pentingnya pengetahuan parenting dipahami seseorang sebelum memutuskan untuk menikah. Atau
setidak-tidaknya bila pasangan sudah menikah, mereka mencoba memahami
pentingnya “ilmu keorangtuaan” atau ilmu “Parenting” ini sebelum mereka
benar-benar menjadi orang tua dan memiliki anak.
Dengan
perubahan judul di atas, saya berharap semakin banyak orang yang tertarik
mempelajari ilmu parenting sebelum mereka memasuki gerbang rumah tangga. Karena
kalau sudah berumah tangga, waktu yang tersisa tinggal sedikit untuk belajar. Karena pada awal kehidupan berumah
tangga lebih disibukkan dengan “honey
moon” serta kondisi penyesuaian diri dengan pasangan. Terkadang juga
tiba-tiba kaget, “Lho kok sudah hamil aja
ya!”. Sementara bekal ilmunya belum memadai. Semoga mereka yang sudah
memiliki keinginan untuk menikah mulai berfikir serius tentang ilmu
keorangtuaan ini.
Fase Perkembangan Anak
Fase
perkembangan anak hingga dewasa mengalami beberapa tahap. Dalam pembahasan ini
akan dibahas fase-fase yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak kelak ternyata
sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi
yang dimulai dari masa pra konsepsi
(sebelum terjadi pembuahan), prenatal (sebelum kelahiran/hamil), natal (saat
kelahiran), neonatal(sesaat setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya) dan
pasca natal (setelah kelahiran beberapa hari), fase kanak-kanak awal, fase
kanak-kanak akhir serta masa remaja dan dewasa. Ketiadaan pengetahuan tentang
saat-saat tersebut, seringkali menyebabkan
orang telah kehilangan momen yang sangat penting untuk menstimulus pendidian
anak-anaknya sedini mungkin.. Ketiadaan pengetahuan tentang hal-hal yang
terkait dengan hal di atas juga banyak menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan
setelah anak lahir yang tidak disadari
orang tua yang sering menyebabkan anak bertumbuh tidak normal akibat
keterlambatan penanganan.
Kondisi Pra-konsepsi
Fase
pra konsepsi adalah fase saat sebelum terjadi pembuahan. Dalam buku-buku
psikologi perkembangan umumnya fase ini tidak dibahas. Tapi dalam pandangan
Islam, ini adalah salah satu fase yang sangat penting yang nantinya akan
mempengaruhi perkembangan seorang anak.
Fase ini merupakan fase yang cukup panjang, tergantung dari sudut pandang kita melihatnya.
Agar tidak terlalu panjang, saya akan coba memulai membahas fase ini mulai dari
saat seseorang mulai mencari pasangan untuk menikah.
Di
dalam Islam ada tuntunan bagaimana seseorang memilih pasangan. Ada empat poin
yang bisa dijadikan patokan, agama, keturunan, kecantikan dan harta. Buya Hamka
dalam buku “Martabat dan Mur’uah Buya Hamka”, yang ditulis anaknya Rusydi Hamka
disebutkan mempunyai cara menarik dalam memberikan poin terhadap empat hal di
atas. Buya memberikan poin satu (1) hanya untuk agama, sementara poin yang lain
deberi nilai nol (0). Seberapapun besarnya nilai harta, kecantikan dan
keturunan, di mata Buya totalnya tetap
akan bernilai “nol” bila poin agama
tidak terpenuhi.
Hal
penting juga yang dituntunkan agama dalam memilih pasangan adalah “sekufu”.
Dalam hal ini terutama adalah kesamaan visi dan misi dalam membangun lembaga yang
disebut keluarga. Keikhlasan menerima perbedaan adalah kunci penting untuk bisa
menjaga keharmonisan hubungan suami istri. Jangan terlalu menuntut
“kesempurnaan” pasangan, karena kita sendiri juga dipenuhi oleh banyak
kekurangan. “Syukuri kelebihan pasangan,
perbaiki kekurangan kita” merupakan
cara menuntun hati untuk ikhlas. Keharmonisan hubungan suami istri yang
terjalin akan sangat membantu seseorang untuk mulai melangkah menjadi orang tua
yang sukses.
Di
dalam buku-buku psikologi perkembangan yang ditulis oleh ahli-ahli psikologi
barat, seperti J.W. Santrock dan Elizabeth Hurlock , nyaris tidak ditemukan
pembahasan mengenai periode pra konsepsi ini. Pada umumnya pembahasan mereka
dimulai dari periode saat telah terjadi pembuahan dimana sel sperma telah
berhasil membuahi sel telur. Dan tidak akan kita temukan pembahasan tentang
bagaimana adabnya agar pembuahan berlangsung secara lebih baik.
Dalam
tuntunan Islam, selain bagaimana memilih pasangan hidup, Islam juga
mengajarkan bagaimana etikanya saat akan
melakukan hubungan suami istri; yang diawali dengan doa (buat yang sudah serius berminat untuk menikah, bolehlah doanya mulai
dari sekarang dihafalkan… akan mempercepat datangnya jodoh.. Insyaallah!!!).
Doanya apa serta etika lainnya bagaimana...? Liat buku Fiqh atau tanya mbah
google.
Periode Prenatal
Saat
telah terjadi kehamilan maka dimulailah fase prenatal yang rata-rata belangsung
selama 9 bulan 10 hari. Bebrapa factor yang perlu dperhatikan dalam fase ini
adalah kondisi psikologis, nutrisi dan sikap spiritual orang tua.
Asupan
gizi yang dikonsumsi ibu selama fase kehamilannya akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi janin yang dikandungnya.
Kondisi gizi buruk pada ibu
hamil dapat berakibat
(1).
Bayi lahir dengan berat badan rendah
serta janin tidak memiliki kekebalan tubuh yang baik sehingga rawan dengan
serangan penyakit.
(2).
Memiliki risiko IQ rendah, asupan gizi
yang buruk tidak hanya berpengaruh pada janin selama di dalam. rahim
saja. Tetapi Buruknya asupan gizi akan berdampak pada perkembangan janin selama
hidupnya. Hal inilah yang membahayakan perkembangan kemampuan kognitif anak
sehingga menurunkan IQ-nya.
(3).
Keterlambatan pertumbuhan. Ibu
hamil yang kurang mengonsumsi makanan bergizi tentu berisiko menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan anak. Selain itu, anak bisa jadi terancam penglihtan
buruk, kesulitan belajar, dan rentan terhadap berbagai serangan penyakit.
(4)Kurangnya
asupan gizi juga menyebabkan ibu hamil terserang anemia yang meningkatkan
risiko kematian ibu dan bayi saat proses persalinan. Bahkan, janin bisa saja
meninggal di dalam kandungan karena kurangnya asupan oksigen dalam tubuhnya.
Saat
awal kehamilan, terutama pada trimester pertama, terjadi perubahan besar dalam tubuh
seorang wanita. Kondisi kehadiran janin di dalam rahim seperti parasit di dalam
tubuh. Ia akan mengambil asupan dari cadangan lemak yang ada di dalam tubuh
ibu. Bila cadangan lemak berkurang,
terjadi mual dan muntah secara berlebihan, yang terkadang juga diserta dengan
menurunnya nafsu makan. Kondisi
tersebut jangan sampai dibiarkan berlarut-larut karena akan merugikan bayi yang
dikandungnya. Beberapa hal yang bisa
dilakukan ibu adalah : lakukan istirahat yang cukup serta kurangi stress yang
berlebihan, mengkonsumsi gizi seimbang dan memperbanyak makan buah dan jus, mengatur pola makan, minum
susu hamil, melakukan terapi aroma dan
meminum air jahe biasanya mampu membantu menurunkan gejala mual dan muntah.
Pertumbuhan
bayi di dalam rahim ibu mengalami pertumbuhan yang luar biasa cepat. Selama
Sembilan bulan di dalam rahim, individu kecil yang tumbuh dari gabungan sel
telur berukuran 0,2 mm dan sel sperma berukuran 0,005 mm yang tampak dari
mikroskop menjadi bayi yang rata-rata panjangnya 20 inchi dan beratnya 7 pon.
Diperkirakan berat bayi selama Sembilan bulan bertambah sebelas juta kali. Dari
sebuah sel berbentuk bulat, berkembanglah setiap anggota tubuh manusia yang
secara kasat mata dapat dilihat seperti tangan, kaki, telinga, mata, hidung
dll, maupun organ dalam seperti jantung, paru-paru, organ pencernaan serta
tulang, rangka tubuh dll. Sebuah keajaiban yang luar biasa.
Bahaya Fisik dan psikologis
Selama
masa kehamilan ada beberapa bahaya yang perlu diwaspadai baik bahaya fisik
maupun bahaya psikologis. Bahaya fisik lebih banyak mendapat perhatian ilmiah
karena lebih mudah dikenali. Beberapa di antaranya :
(1)
Kondisi malnutrisi ibu, dapat merusak perkembangan normal, terutama
perkembangan otak janin.
(2) jenis
pekerjaan ibu yang bekerja di tempat yang banyak bahan kimia seperti rumah
sakit, salon kecantikan dan pabrik, berpotensi mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada janin dan kerusakan genetic,
(3) penyakit berbahaya pada ibu hamil
seperti Torch (Singkatan dari
Toxoplasma, rubella, Cytomegalo serta Herpes. Keempat macam penyakit infeksi
ini sangat berbahaya bila diderita oleh ibu hamil, karena selain dapat
menyebabkan keguguran, juga dapat menyebabkan kelainan pada janin, kerusakan
mata dan telinga, kerusakan jantung, gangguan pertumbuhan, serta gangguan
sistem syaraf pusat. Beberapa gangguan pertumbuhan dan perkembangan terkadang
tidak dapat dilacak dokter sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah
kelahiran. Epilepsi, serebral palsi, keterbelakangan mental, mungkin tidak
tampak pada masa bayi, bahkan sampai masa kanak-kanak,
(4)
Usia ibu; merupakan kondisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya
fisik selama masa prenatal. Sebabnya adalah bahwa menjelang menopause wanita
sering mengalami gangguan endokrin yang memperlambat perkembangan embrio dan
janin,meninmbulkan ketidak teraturan perkembangan seperti crenitisme, down
syindrom, hydrocepallus, yang semuanya mencakup cacat fisik dan mental.
Beberapa
jenis penyakit lain yang juga
diakibatkan ketidakteraturan perkembangan serta akibat adanya cacat di otak
yang semakin banyak terdapat di masyarakat dewasa ini seperti autisme dengan
berbagai macam spektrumnya yang luas, serta juga banyak terdapat anak yang
mengalami gangguan konsentrasi seperti ADHD atau yang sering disebut
hyperaktif.
Selain
bahaya fisik, bahaya psikologi selama masa prenatal juga perlu mendapatkan
perhatian. Beberapa sikap kurang
menyenangkan yang umum kepada anak yang belum lahir yang dapat mengganggu perkembangan anak
selama masa kehamilan bahkan bisa berlanjut sampai anak dilahirkan adalah :
(1)
Anak yang tidak diinginkan. Sering terjadi orang tua tidak menginginkan
kehamilan karena mengganggu karier dan pekerjaannya, alasan ekonomi, merasa
terlalu muda dan terlalu cepat hamil, telah memiliki banyak anak, jaraj anak
terlalu dekat, tekanan keluarga besar dll.
(2).
Lebih menyukai anak dengan jenis kelamin tertentu. Seringkali jenis kelamin
tertentu sangat diharapkan dan menolak atau kurang menerima jenis kelamin
lainnya,
(3).
Menginginkan pengguguran/aborsi. Karena kehamilan yang tidak tidak diharapkan
apapun alasannya, terkadang suami atau
istri menginginkan pengguguran/aborsi. Bila tindakan pengguguran ini berhasil,
seringkali menimbulkan rasa bersalah dan sikap kurang menyenangkan ini
dilontarkan pada anak yang lahir sesudahnya. Bila pengguguran/aborsi tidah
berhasil, seringkali ungkapan rasa bersalahg dengan cara melindungi dan
memanjakan anak yang dengan sangat berlebihan ataupun sebaliknya.
Akibat
adanya tekanan psikologis pada masa prenatal ini akan menyebabkan anak merasa
tidak dicintai dan ditolak. Anak menunjukkan perkembangan fisik di bawah
rata-rata, hiperaktifitas, keterlambatan dalam perkembangan motorik dan bicara
dan mengalami kesulitan belajar. Semua ini nantinya akan mengakibatkan
penyesuaian diri secara pribadi dan sosial yang buruk.
(Bersambung)
(Disarikan
dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar