Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 18 Juni 2015

Mengenali Tanda2 Autisme pada Anak



Mengenali Tanda-Tanda Autisme pada Anak
Autisme atau autis  merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Secara umum, mulai tampak pada usia 3 tahun. Namun dalam beberapa kasus, pada usia 6 bulan sampai usia 1 tahun gejala autism sudah dapat terlihat.  
Prevalensi atau peningkatan jumlah penderita autis di dunia saat ini mencapai 15 -20 kasus per 10.000 anak atau berkisar 0,l5-0,20%. Jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per tahun maka jumlah penyandang autis di Indonesia bertambah 0,15% atau 6.900 anak per tahunnya.
Menurut Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Diah Setia, jumlah penderita autis pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 112.000 anak di Indonesia menyandang autisme, pada rentang usia sekitar 5-19 tahun.
Hingga saat ini, penyebab autis belum diketahui secara pasti dan belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun, deteksi dan penanganan dini akan membantu perbaikan perkembangan anak penyandang autis.
Menurut Gayatri Pamudjie, SE, MHc,  Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), volunteer peduli autis yang juga memiliki seorang anak penyandang autis, ada tujuh pertanyaan yang dapat dijadikan landasan untuk mendiagnosa kemungkinan anak menderita autism, yaitu:
1.    Apakah memiliki rasa tertarik pada anak lain?
2.    Apakah anak pernah menggunakan telunjuknya untuk menunjukan rasa tertariknya pada sesuatu.
3.    Apakah anak memberikan reaksi waktu anamanya dipanggil?
4.    Apakah anak mampu melakukan kontak mata 1-2 detik?
5.    Apakah anakmau meniru ibunya atau pengasuhnya, misalnya saat membuat raut wajah tertentu?
6.    Apakah anak pernah bermain “sandiwara”, misalnya berpura-pura menyuapi boneka atau berpura-pura menelpon?
7.    Bila ibu atau pengasuh menunjukkan sesuatu di dalam ruangan, apakah anak member respon pada objek yang ditunjuk?
Ketujuh pertanyaan di atas dapat digunakan untuk melakukan assessmen awal mendeteksi kemungkinan anak menderita autis. Bila 2 dari 7 pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kemungkinan anak berpeluang menyandang autis. Tidak semua anak yang berpeluang menyandang autis memenuhi kriteria autis. 7 ciri utama ini digunakan agar orangtua dan guru waspada untuk segera memeriksa dan mendiagnosa anak yang berpeluang autis. Bila orangtua sudah bisa mendeteksi gejala autisme secara dini, maka peluang untuk membantu anak autis menjadi mandiri akan semakin besar.

            Selain itu, menurut Dr Rudy Sutadi Dan Kid ABA gejala-gejala autisme akan tampak makin jelas setelah anak mencapai usia 3 tahun, yaitu berupa:

1. Gangguandalam bidang komunikasi verbal maupun non-verbal:
- terlambat bicara,
- meracau dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain,
- kalaupun mulai bisa mengucapkan kata-kata namun ia tak mengerti artinya,
- bicara tidak dipakai untuk komunikasi,
- banyak meniru atau membeo (echolalia),
- bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan memperlakukan tangan tersebut sekedar sebagai alat untuk melakukan sesuatu untuknya.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial:
- menolak/menghindar untuk bertatap mata,
- tak mau menengok bila dipanggil,
- seringkali menolak untuk dipeluk,
- tak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang malah lebih asik main sendiri,
- bila didekati untuk diajak main ia malah menjauh.
3. Gangguan dalam bidang perilaku :
- Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan kekurangan (deficient).
- Contoh perilaku yang berlebihan adalah : adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana-sini tak terarah, melompat-lompat, berputar -putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
- Contoh perilaku yang kekurangan adalah : duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, duduk diam terpukau terhadap sesuatu hal misalnya bayangan, atau benda yang berputar.
- Kadang-kadang ada kelekatan/asyik pada benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering terjadi.
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi :
- Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misalnya melihat anak menangis ia tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang menangis tersebut mungkin didatangi dan dipukul.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yangdiinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan destruktif.
5. Gangguan dalam persepsi sensoris :  
- Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja,
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
- Tidak menyukai rabaan atau pelukan.
- Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar.
Sama halnya dengan 7 pertanyaan yang digunakan untuk deteksi awal kemungkinan autis, gejala-gejala yang digambarkan di atas tidak harus ada semua pada setiap anak penyandang autisme. Pada seorang anak mungkin hampir semua gejala di atas ada, tapi pada anak lainnya mungkin hanya terdapat sebagian saja dari gejala di atas.
(Sumber bacaan disarikan dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar