Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 28 November 2015

Pubertas Pada Autisme



Pubertas pada Autisme

Seorang ibu terperangah saat anak laki-lakinya yang  menyandang autism dan baru puber mendesak ibunya untuk membelikan mesin pemotong rumput untuk memotong  kumisnya yang baru tumbuh. Setelah ibunya menyelidiki, ternyata sang anak dibully oleh teman-temannya. Semenjak dia mulai puber dan di atas bibirnya ditumbuhi kumis, teman-temannya mengatakan kumisnya yang baru tumbuh harus dipotong dengan mesin pemotong rumput. Anak tersebut menjadi tantrum dan marah mendesak ibunya untuk membeli mesin pemotong rumput seperti yang “dianjurkan” teman-temannya.

Rabu, 30 September 2015

Bincang-bincang dengan Farhan (Orang Tua dari Anak Autisme)



Bincang-Bincang Mengenai :
Suka Duka  Perjalanan Orang tua Anak Autis
Bersama : Farhan (Presenter dan orang tua anak Autia)

Dalam sebuah acara yang digagas oleh Mpati (Masyarakat Peduli Autis Indonesia) di Lotte Mart Kelapa Gading, Jakarta, pada tanggal 19 September 2015, beberapa anggota Himpasi (Himpunan Peduli Anak Spesial Indonesia) yaitu Umi Rosmala, Bu Wiwie, Bu Irna dan Fatimah berkesempatan hadir dan mengikuti acara tersebut. Acara tersebut diisi oleh Farhan, penyiar radio serta presenter televisi.
 **
Farhan memulai bincang-bincang dengan menceritakan riwayat kesehatan anak pertamanya  Rizky, seorang penyandang autisme. Beberapa hari setelah Rizky dilahirkan  secara vakum pada tahun 1999,  dokter mendiagnosanya mengalami kelainan jantung yang mengharuskannya dioperasi di usia yang belum genap satu bulan.  Pada usia 16 bulan, Rizky kembali harus menjalani operasi untuk menyuntikkan antibiotik ke dalam tulang di pergelangan kakinya.
Bayi Rizky terlihat sangat anteng dibandingkan bayi seusianya dan tidak merepotkan orang tua. Kondisi yang awalnya dianggap sangat menyenangkan ini justru merupakan pertanda adanya “kelainan” lain yang dialami Rizky.  Pada usia 18 bulan, seorang kerabat Farhan menyampaikan kecurigaannya tentang kemungkinan Rizky menderita autism. Farhan membawa Rizky kepada Psikolog Diah Puspita. Psikolog ini menyebut Rizky “kemungkinan” menderita autism tapi belum bisa memastikan. Karena pada saat itu kondisi autism pada anak baru bisa dipastikan bila anak sudah berusia 36 bulan. Namun walaupun belum bisa dipastikan kondisi autism yang dialami Rizky, Farhan disarankan untuk melakukan terapi perilaku terhadap putra sulungnya tersebut. Saat ini Rizky sudah berusia 16 tahun dan bersekolah satu tingkat dengan adiknya yang dua tahun lebih muda di sebuah SMP di Cibubur.
Dari pengalamannya sebagai orang tua yang memiliki anak autis ini, Farhan memberikan beberapa masukan bagi orang tua yang memiliki anak autis.
1.  Pentingnya Keterbukaan Orang Tua tentang kondisi anaknya.
Memiliki anak dengan kondisi “berbeda” dengan anak pada umumnya memang merupakan sebuah perjuangan tersendiri bagi orang tua.  Ada rasa menolak, kecewa, malu dan bermacam perasaan lain yang berkecamuk.  Namun jangan terlalu lama membiarkan perasaan tersebut mendominasi pikiran. Bersifat terbuka terhadap  lingkungan akan sangat membantu. Terlebih bila menghadapi kondisi seperti anak autis kabur dan tidak bisa pulang ke rumah dan lain-lain. Tentunya bila lingkungan mengetahui kondisi yang dialami anak lingkungan akan cepat bertindak memberikan bantuan.
Kondisi  bersikap terbuka terhadap lingkungan mengenai keadaan Rizky ini dirasakan Farhan sangat membantu terutama sekali saat Rizky diajak ke luar rumah seperti ke mall ataupun ke lokasi syuting dan Rizky. Seperti halnya saat Farhan syuting “live” suatu acara di TV One, Rizky yang waktu itu masih berumur 9 tahun tiba-tiba kabur berlari dengan tidak memakai baju. Untungnya banyak kru yang membantu  menangkap Rizky. Saat ditanya ayahnya kenapa Rizky berlarian tidak memakai baju , Rizky menjawab karena dia ingin “menghilang”.
2.  Membekali anak autis terutama dengan terapi perilaku terlebih dahulu
Farhan merasakan terapi perilaku merupakan terapi yang yang utama dibutuhkan anak autis sebelum terapi lainnya termasuk terapi wicara. Karena kemampuan berperilaku  yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan anak anak untuk diterima oleh lingkungan dan juga untuk menjaga agar anak tidak mengalami perilaku negative dari lingkungan. Termasuk dalam  ini adalah Farhan melatih Rizky  toilet training. Walaupun saat melepas Rizky pertama kali sendiri ke toilet umum Farhan sangat   “takut” dan “deg-degan”.
3.  Bersyukur akan membuat hati lebih terbuka dan ikhlas
Berusaha menerima keadaan anak apa adanya sembari mencari sisi positif memiliki anak autis akan membantu orang lebih bijak menerima keadan anaknya apa adanya. Farhan juga menekankan orang tua untuk tidak berharap yang muluk-muluk, seperti bahwa anak autis akan menjadi seperti Einstein, Edison dll. Karena berharap terlalu tinggi  suatu saat dapat membuat perasaan terluka.
“Terima anak apa adanya dan lakukan apa yang bisa dilakukan untuk memandirikan anak seoptimal mungkin”. 
Farhan juga menambahkan dengan “joke” ringan ala Farhan,
“Berhubung anak saya “autis”, saya yakin dia tidak akan pernah menjadi “buronan” KPK,” ujar Farhan diikuti gelak tawa penonton.

Bogor, 23 September 2015.

Kamis, 18 Juni 2015

Mengenali Tanda2 Autisme pada Anak



Mengenali Tanda-Tanda Autisme pada Anak
Autisme atau autis  merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Secara umum, mulai tampak pada usia 3 tahun. Namun dalam beberapa kasus, pada usia 6 bulan sampai usia 1 tahun gejala autism sudah dapat terlihat.  
Prevalensi atau peningkatan jumlah penderita autis di dunia saat ini mencapai 15 -20 kasus per 10.000 anak atau berkisar 0,l5-0,20%. Jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per tahun maka jumlah penyandang autis di Indonesia bertambah 0,15% atau 6.900 anak per tahunnya.
Menurut Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Diah Setia, jumlah penderita autis pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 112.000 anak di Indonesia menyandang autisme, pada rentang usia sekitar 5-19 tahun.
Hingga saat ini, penyebab autis belum diketahui secara pasti dan belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun, deteksi dan penanganan dini akan membantu perbaikan perkembangan anak penyandang autis.
Menurut Gayatri Pamudjie, SE, MHc,  Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), volunteer peduli autis yang juga memiliki seorang anak penyandang autis, ada tujuh pertanyaan yang dapat dijadikan landasan untuk mendiagnosa kemungkinan anak menderita autism, yaitu:
1.    Apakah memiliki rasa tertarik pada anak lain?
2.    Apakah anak pernah menggunakan telunjuknya untuk menunjukan rasa tertariknya pada sesuatu.
3.    Apakah anak memberikan reaksi waktu anamanya dipanggil?
4.    Apakah anak mampu melakukan kontak mata 1-2 detik?
5.    Apakah anakmau meniru ibunya atau pengasuhnya, misalnya saat membuat raut wajah tertentu?
6.    Apakah anak pernah bermain “sandiwara”, misalnya berpura-pura menyuapi boneka atau berpura-pura menelpon?
7.    Bila ibu atau pengasuh menunjukkan sesuatu di dalam ruangan, apakah anak member respon pada objek yang ditunjuk?
Ketujuh pertanyaan di atas dapat digunakan untuk melakukan assessmen awal mendeteksi kemungkinan anak menderita autis. Bila 2 dari 7 pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kemungkinan anak berpeluang menyandang autis. Tidak semua anak yang berpeluang menyandang autis memenuhi kriteria autis. 7 ciri utama ini digunakan agar orangtua dan guru waspada untuk segera memeriksa dan mendiagnosa anak yang berpeluang autis. Bila orangtua sudah bisa mendeteksi gejala autisme secara dini, maka peluang untuk membantu anak autis menjadi mandiri akan semakin besar.

            Selain itu, menurut Dr Rudy Sutadi Dan Kid ABA gejala-gejala autisme akan tampak makin jelas setelah anak mencapai usia 3 tahun, yaitu berupa:

1. Gangguandalam bidang komunikasi verbal maupun non-verbal:
- terlambat bicara,
- meracau dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain,
- kalaupun mulai bisa mengucapkan kata-kata namun ia tak mengerti artinya,
- bicara tidak dipakai untuk komunikasi,
- banyak meniru atau membeo (echolalia),
- bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan memperlakukan tangan tersebut sekedar sebagai alat untuk melakukan sesuatu untuknya.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial:
- menolak/menghindar untuk bertatap mata,
- tak mau menengok bila dipanggil,
- seringkali menolak untuk dipeluk,
- tak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang malah lebih asik main sendiri,
- bila didekati untuk diajak main ia malah menjauh.
3. Gangguan dalam bidang perilaku :
- Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan kekurangan (deficient).
- Contoh perilaku yang berlebihan adalah : adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana-sini tak terarah, melompat-lompat, berputar -putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
- Contoh perilaku yang kekurangan adalah : duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, duduk diam terpukau terhadap sesuatu hal misalnya bayangan, atau benda yang berputar.
- Kadang-kadang ada kelekatan/asyik pada benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering terjadi.
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi :
- Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misalnya melihat anak menangis ia tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang menangis tersebut mungkin didatangi dan dipukul.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yangdiinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan destruktif.
5. Gangguan dalam persepsi sensoris :  
- Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja,
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
- Tidak menyukai rabaan atau pelukan.
- Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar.
Sama halnya dengan 7 pertanyaan yang digunakan untuk deteksi awal kemungkinan autis, gejala-gejala yang digambarkan di atas tidak harus ada semua pada setiap anak penyandang autisme. Pada seorang anak mungkin hampir semua gejala di atas ada, tapi pada anak lainnya mungkin hanya terdapat sebagian saja dari gejala di atas.
(Sumber bacaan disarikan dari berbagai sumber)

Minggu, 14 Juni 2015

Saat sakaratul maut datang



Saat Sakaratul Maut itu datang
Seorang kerabat beberapa waktu yang lalu meninggal dunia setelah jatuh dari pohon rambutan di depan rumahnya. Saat kakinya terpeleset dari ranting pohon rambutan, badannya limbung dan terjatuh menimpa pagar besi yang berada tepat di bawah ranting pohon rambutan tersebut. Ujung besi pagar yang runcing menancap di rusuk dan pinggangnya. Dan ternyata ujung pagar besi itu tembus sampai paru-paru.  Istrinya, “mungkin khilaf”, menangis menyesali kenapa suaminya harus naik ke atas pohon rambutan itu yang “menyebabkan” dia meninggal.
Saat seorang saudara bercerita kepada saya tentang kejadian tersebut, saya berkomentar
“Mungkin malaikat mautnya memang sudah menunggu di atas pohon rambutan itu, Da.” Jawab saya.  Saya menjawab dengan nada serius, tapi saudara tersebut tertawa. Mungkin beliau berfikir saya bercanda. Padahal saya bermaksud sungguh-sungguh dengan ucapan “malaikat mautnya berada di atas pohon rambutan”.
Saya cepat meluruskan, takutnya orang berpikir, saya menjadikan kematian orang lain sebagai bahan candaan.
“Ya, Uda,” lanjut saya, “Mungkin bukan karena jatuh dan tertusuk pagar yang tembus ke paru-paru yang membuat beliau meninggal, Tapi bisa jadi sebelum beliau terpeleset, roh di kakinya sudah di cabut oleh malaikat. Sehingga kakinya menjadi lemas dan menjadi tidak kuat untuk menopang berat tubuhnya itulah mungkin yang menyebabkannya terpeleset”.
Sebagian kita mungkin sering mendengar, orang-orang yang medekati sakaratul maut, kakinya terasa dingin. Karena roh dicabut secara berangsur-angsur dimulai dari kaki terlebih dahulu.” Saya melanjutkan dengan nada serius.
“Iya, ya! Benar juga,” beliau akhirnya terdiam mengangguk-angguk. Beliau sepertinya ikut berfikir serius juga mendengar penjelasan saya.
“Saya seringkali memakai logika terbalik Da!,” lanjut saya. “Pernah juga seorang teman saya meninggal saat kecelakaan. Motornya menabrak angkot yang sedang berhenti. Motornya sampai “nyungsep” ke bawah kolong angkot.
Orang-orang heran bilang, “kok bisa ya dia menabrak angkot yang sedang berhenti?” saya menjawab, “Mungkin saat itu nyawa di kakinya sudah dicabut oleh malaikat. Jadi kakinya sudah tidak bisa lagi menginjak rem yang mengakibatkan motornya menabrak angkot yang berhenti.”
Dari saat tabrakan jam 10 malam itu, sampai jam empat pagi saat teman baik saya itu meninggal, beliau tidak sadarkan diri. Saya merenungi, itulah saat-saat sakaratul maut yang harus dilaluinya dalam perjuangan untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Allah kemudian mentakdirkannya meninggal dalam usia relative muda, 25 tahun, baru lulus kuliah di salah satu STAI di Bogor, punya motivasi yang tinggi mengajarkan saya dan teman-teman Bahasa Arab.
***
Saya seringkali memakai logika terbalik saat mendengar cerita tentang seseorang yang meninggal akibat kecelakaan atau sejenisnya. Sering kita dengar orang mengatakan seseorang meninggal karena kecelakaan dan lain-lain. Saya sering menaggapi sebaliknya, dia sudah meninggal terlebih makanya kecelakaan itu terjadi. Karena lama waktu sakaratul maut berbeda-beda pada masing-masing orang. Ada yang waktunya berlangsung cepat, dan ada juga yang berangsur-angsur dalam rentang yang lama. Dimulai dengan dicabutnya roh dari kaki, menjalar ke atas sampai berakhir di kerongkongan.
Sakaratul maut adalah saat yang paling berat yang harus kita semua hadapi. Bahkan para nabi dan rasulpun menjalani sakaratul maut yang lebih berat jauh melebihi beratnya sakaratul maut yang dilalui umatnya. Sehingga kita disuruh untuk banyak-banyak berdo’a, memohon diberikan kemudahan menjalani sakaratul maut tersebut. “Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratul mauut”. “Ya Allah, berilah kami kemudahan dalam melewati saat sakaratul maut.”
Maut adalah sebuah keniscayan. Salah satu hal yang perlu  diyakini adalah, bahwa tidak ada orang yang meninggal karena sakit, atau meninggal karena kecelakaan, ataupun sebab-sebab yang lain.  Semuanya pasti pasti karena ajalnya telah ditetapkan Allah sampai disitu. Kecelakaan dan lain-lain hanyalah sebagai pengantar.
Wallahua’lam !!

Kamis, 11 Juni 2015

“Bunda, Aku Masuk Surganya Lewat Pintu Mana Ya?”



“Bunda, Aku Masuk Surganya Lewat Pintu Mana Ya?”
http://www.cerita-islami.com/wp-content/uploads/2015/02/surga.jpg“Bun, kata bu Wardah, Abu Bakar bisa masuk surga lewat pintu manapun yang disukainya karena Abu Bakar punya banyak jenis amalan shalihnya.” Ujar anak keduaku  mendekatiku saat aku sedang menghafalkan surat Al Insan sesudah shalat maghrib. Bu Wardah adalah guru tahfidznya di sekolah.
Aku menghentikan hafalanku dan memperhatikannya.
“Kalau aku, bisa masuk surganya lewat pintu mana ya Bun?” suaranya merendah, terdengar agak sedih.
“Kalau Bunda kayaknya ada pintu mencintai Al Qur’an ya.” Ujarnya sambil melirik AlQuran yang tengah kupegang. Anakku tahu, aku memang sangat ingin menghafalkan Al Qur’an dan juga berusaha mengimbangi hafalan anakku. Aku  berusaha menyetor hafalan secara rutin kepada ustadz setiap minggu. Walaupun sampai hari ini hafalanku ternyata masih belum seberapa Cuma aku tidak ingin hanya berharap anak menghafalkan AlQuran sementara aku tidak melakukan.
“Pintu sholat Bunda  juga,” katanya melanjutkan.
 “Kalau aku belum tahu mau lewat pintu mana,” suaranya lirih. Aku merangkulnya.
Aku merasa terharu mendengar kegundahan anakku sekaligus juga merasa bersyukur. Walaupun anak keduaku belum baligh, tapi dia sudah mulai berfikir mau masuk surga lewat pintu mana. sementara aku sendiri belum pernah benar-benar memikirkan akan masuk surga lewat pintu mana.  Astaghfirullah…!! Mudah-mudahan Allah mengampuniku dan mudah-mudahan Allah berkenan memasukkanku ke dalam surgaNya. Amin!.
Pembicaraanku dengan Syifa, putri keduaku ini telah menggugah keingintahuanku tentang nama-nama pintu surga yang belum sepenuhnya aku tahu.  ***
8 Pintu Surga
Delapan pintu surga itu adalah: (1) Pintu Shalat, (2) Pintu Sedekah, (3) Pintu Jihad, (4) Pintu Rayyan, (5) Pintu al-Ayman, (6) Pintu al-Kazhimina al-Ghaizha wa al-Afina ‘an an-Nas. Mengenai pintu sisanya para ulama berbeda pendapat. Pendapat-pendapat mereka didasarkan pada isyarat dari nash syariat. Yaitu: Pintu Taubat, Pintu Dzikir, Pintu Ridha, Pintu Ilmu, atau Pintu Haji.
Setiap pintu ini akan memanggil orang-orang yang memiliki keistimewaan dalam amalan tersebut. Barangsiapa yang banyak melaksanakan shalat, selain yang wajib, maka pintu shalat akan memanggilnya. Demikian juga dengan pintu-pintu yang lain. Hanya orang-orang yang amalannya istimewa dan luar biasa yang akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa termasuk orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa termasuk orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyaan. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bershadaqah, maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah sepakat dengan nama-nama empat pintu surga di atas, para ulama berbeda pendapat tentang nama-nama berikutnya.
Nama pintu kelima menurut hadits;
Dari Abu Hurairah, dalam hadits tentang syafaat Nabi dikatakan, “Wahai Muhammad, suruhlah umatmu (yaitu) orang-orang yang tidak dihisab untuk masuk ke dalam surga melalui pintu al-Ayman yang merupakan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Nama pintu keenam terdapat dalam hadits:
Dari al-Hasan secara mursal, “Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.” (HR. Ahmad).
Kemudian nama pintu berikutnya ada yang mengatakan adalah Pintu Haji dikarenakan haji termasuk ibadah yang agung dan bagian dari rukun Islam. Kemudian Pintu Dzikir atau Pintu Ilmu atau Pintu Taubat. Al-ilmu ‘indallah..
Semoga kita memiliki amalan instimewa untuk dapat dipanggil melalui pintu-pintu surgaNya. Amin.
Bogor, 3 Juni 2015.
(Sumber tulisan : http://kisahmuslim.com/8-pintu-surga-memanggil-abu-bakar/).